Munir Said Thalib (8 Desember 1965-7 September 2004)Munir Said Thalib lahir di Batu, Jawa Timur pada 8 Desember 1965, anak keenam dari 7 bersaudara. Munir mengambil studi ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya di Malang dan aktif mengorganisir berbagai forum mahasiswa hukum, selain menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Hukum. Cak Munir lulus pada tahun 1989.
Pada akhirnya ia bersinggungan langsung dengan permasalahan rakyat, buruh, petani, korban HAM. Di bangku kuliah, ia aktif di Asosiasi Mahasiswa Hukum Indonesia, Forum Studi Mahasiswa untuk Pengembangan Berpikir, serta Himpunan Mahasiswa Islam.
Kontribusi besar Cak Munir bagi gerakan buruh adalah saat menjadi advokat pembela Marsinah, buruh perempuan yang dibunuh rezim orde baru pada 1993. Pada tahun itu pula, dibentuk Komite Solidaritas Untuk Marsinah (KSUM). Komite ini, diinisiasi pembentukannya oleh berbagai organisasi dan lintas LSM sebagai lembaga yang ditujukan khusus untuk mengadvokasi dan investigasi kasus pembunuhan aktivis buruh Marsinah oleh Aparat Militer.
KSUM melakukan berbagai aktivitas untuk mendorong perubahan dan menghentikan intervensi militer dalam penyelesaian perselisihan perburuhan. Munir menjadi salah seorang pengacara buruh PT CPS melawan Kodam V/Brawijaya, Depnaker Sidoarjo dan PT CPS Porong.
Munir meninggal di usia muda, saat usianya menginjak 39 tahun. Di atas pesawat Garuda Indonesia nomor penerbangan GA-974 menuju Amsterdam, Belanda, ia dibunuh secara keji. Ia meregang nyawa usai menenggak minuman yang sudah dicampur racun arsenik.
Munir diduga dibunuh karena memegang data-data penting pelanggaran HAM berat hingga kampanye hitam pemilu 2004 yang akan dibawanya ke Belanda. Munir memang terkenal sebagai aktivis yang konsisten memperjuangkan HAM, berani bersuara lantang menentang penindasan oleh penguasa.
20 tahun setelah kematiannya, opengungkapan kasusnya masih gelap.
Munir ada dan berlipat ganda! Munir adalah kita! Munir Tidak mati! Munir adalah pemberani!Gerakan buruh Indonesia, menundukkan kepala untukmu, Cak!
Penulis: Khamid Istakhori