
Di sabtu sore tanggal 4 Oktober 2025 , dengan cuaca yang begitu terik di terminal kedatangan 2E Bandara Soekarno-Hatta. Aku menemui kawan-kawan yang baru mendarat dari Jambi dan menjejakkan kakinya di Tangerang. Tujuanku adalah menjemput mereka kawan-kawan dari Federasi Serikat Buruh Kerakyatan atau biasa disebut Federasi SERBUK. Mereka datang jauh-jauh untuk singgah di Tangerang. Bukan hanya sekedar ingin bertemu dengan kawan-kawan FSPBI, tapi kita memang akan mengadakan diskusi rutin mengenai pengorganisasian buruh usia muda. Kali FSPBI kebagian giliran sebagai tuan rumah.
Diskusi ini melibatkan 3 federasi serikat buruh yang bekerjasama dengan organisasi SASK Finlandia yaitu Federasi Serikat Buruh Kerakyatan (SERBUK), Federasi Serikat Pekerja Bandara Indonesia (FSPBI) dan Federasi Asosiasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (ASPIRASI). Sebagai awalan sebelumnya agenda ini diadakan di kantor SASK. Membahas mengenai bagaimana cara kita dapat mengorganisir buruh usia muda. Serta diskusi teknis seputar mengorganisir dan mencari langkah apa yang bisa dilakukan dalam mengedukasi buruh usia muda. Pada pendiskusian itu berkembanglah beberapa cara dalam melakukan pengorganisiran dan pendidikan pengenalan serikat buruh di sekolah, kampus maupun BLK/LPK.
Dalam pendiskusian pertama itu, berkembang menjadi diskusi-diskusi lanjutan. dimana kita membahas secara fokus mengenai pengenalan serikat buruh di dunia pendidikan. Sebab, kita melihat bahwa pendidikan saat ini hanya fokus dalam bagaimana cara anak-anak muda dapat diterima di dunia kerja. Tetapi tidak menjelaskan bahwa terlepas dari kita bekerja, kita tidak bisa dieksploitasi secara sembarangan oleh perusahaan. Memberikan gaji atau upah yang semaunya, tidak adanya kepastian kerja, serta hak-haknya tidak diberikan, ditambah lagi anak-anak muda saat ini masih awam dan merasa takut untuk berserikat. maka dari itu kita perlu menanamkan kesadaran mengenai hak-hak apa saja yang harus didapat dan pentingnya berserikat kepada calon-calon angkatan kerja.
Berangkat dari pendiskusian itu, lalu kedua yang dilakukan di sekretariat Federasi SERBUK di Yogyakarta pada bulan Agustus lalu. Kami mendapatkan beberapa perkembangan mengenai pendiskusian rutin ini, yaitu adanya gagasan untuk membangun kerangka metode pembelajaran mengenai pengenalan serikat buruh di sekolah, universitas dan BLK atau LPK. serta akan membentuk Policy Brief “Urgensi Pengenalan Serikat Pekerja di Dunia Pendidikan”.
Hal ini menjadi suatu tantangan baru bagi kita, yang berusaha mengenalkan serikat buruh ke dunia pendidikan hari ini. Walaupun ini tantangan yang cukup berat dan mungkin akan berlawanan dengan konsep pendidikan saat ini. Kami yakin langkah ini perlu dicoba. Sekolah seharusnya memiliki kesadaran yang sama, alih-alih hanya mencetak calon-calon tenaga kerja tanpa membahas sedikitpun hak mengenai buruh itu sendiri.
Lalu, pada diskusi yang diadakan di sekretariat FSPBI awal oktober ini, pembahasan mulai memasuki ke tataran yang lebih teknis untuk langkah awal memperkenalkan “apa itu buruh” dalam dunia pendidikan. Dalam pertemuan ini SERBUK sebagai salah satu organisasi yang sudah memiliki pengalaman langsung terkait konsep ini menceritakan secara mendetail mengenai awal mula bagaimana bisa membuka kelas mengenai perburuhan di sekolah. Selain memerlukan jaringan di dalam sekolah, ternyata pengembangan konsep pendidikannya harus dibuat secara matang. Karena metode belajar yang ada di sekolah saat ini menggunakan metode pedagogi (satu arah) atau lebih sering ceramah.
Berbeda dengan pendidikan ala serikat buruh, kami lebih sering menggunakan metode pendidikan andragogi (dua arah). Dimana pengetahuan yang didapat itu bertujuan untuk peningkatan diri, dengan cara digali dari pengalaman pribadi. Walaupun mungkin pelajar belum memiliki pengalaman mengenai perburuhan, tapi pada nyatanya mereka bisa mendapatkan pengalaman itu dari kondisi orang tuanya ataupun anggota keluarganya yang sudah bekerja. Sehingga dari hal tersebut metode pembelajaran andragogi yang seru bisa diterima di kalangan pelajar.
harapan dari langkah-langkah yang dijalankan ini adalah tumbuhnya kesadaran dikalangan pelajar mengenai hak yang harus didapatkan dalam dunia kerja. Sehingga dapat meminimalisir adanya eksploitasi terhadap buruh yang sangat rentan terjadi terhadap buruh usia muda.
Penulis: Agung Ramadhan