
Bogor, Jawa Barat- Federasi Serikat Pekerja Bandara Indonesia (FSPBI) di undang untuk bergabung dalam acara workshop kampanye serikat buruh oleh kawan-kawan jaringan Lembaga Informasi Perburuhan Sedane (LIPSedane) dan Asia Floor Wage Alliance (AFWA).Workshop kampanye ini bertujuan untuk berbagi pengalaman dan strategi dalam berkampanye organisasi masing-masing. Selain itu agenda ini diharapkan dapat membangun solidaritas lintas sektor untuk menghadapi musuh bersama.
Workshop ini dihadiri beberapa serikat buruh dan organisasi, lain yaitu TSK SPSI wilayah Semarang, lalu SPN wilayah Batang, Bandung, karawang dan Subang, Federasi Serikat Buruh (FSB) Garteks wilayah Tangerang raya dan Cirebon raya, Konfederasi Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI), Sentral Gerakan Buruh Nasional (SGBN), Local Initiative for Occupational Safety and Health Network Indonesia (Lion Indonesia) dan FSPBI, dan media alternatif seperti Trimurti.id dan diakronik.com.
Bertempat di Cico Resort Kota Bogor, workshop yang dimulai pada tanggal 1 sampai 2 Agustus ini memiliki dua agenda yang kepesertaannya berbeda tetapi saling berkaitan. Pada agenda hari pertama kepesertaannya yaitu kawan-kawan buruh perempuan dari serikat buruh yang tergabung dalam aliansi AFWA. Agenda workshop ini khusus buruh perempuan agar kawan-kawan buruh perempuan dapat berperan aktif dalam kerja-kerja organisasi serikat. Lalu di hari kedua kawan-kawan jaringan AFWA dan LIPSedane ikut bergabung dalam kepesertaan workshop ini termasuk FSPBI. Pada workshop hari kedua ini masing-masing perwakilan dari organisasi menceritakan pengalamannya dan metode yang dilakukan dalam berkampanye.
Perwakilan FSPBI menceritakan pengalaman mengenai kampanye yang sudah pernah dilakukan. Seperti metode kampanye melalui podcast dan yang saat ini FSPBI lakukan. Seperti kampanye terkait komite perempuan di bandara yang diantaranya mengenai C190 ILO tentang penghapusan kekerasan dan pelecehan gender (KPBG) ditempat kerja dan kampanye mengenai ruang aman untuk buruh perempuan baik ditempat kerja maupun di serikatnya. Pada diskusi workshop ini ternyata kondisi buruh di setiap sektor mengalami permasalahan yang sama.
Dalam melakukan kampanye, serikat perlu melibatkan anggota dalam menyebarluaskan kampanyenya dan menjaga secara bersama mengenai isu yang ada pada kampanye tersebut. Kawan-kawan peserta yang tergabung dalam aliansi AFWA melakukan kerja kelompok untuk mempraktekan kampanye secara langsung dengan berbagai metodenya. Sedangkan kawan-kawan jaringan lain yang menjadi penanggap dari hasil praktek tersebut. Dalam prakteknya setiap kelompok diberikan contoh satu kasus yang harus mereka kampanyekan. Contoh kasusnya yaitu “Reputasi brand menurun karena tuntutan buruh”, “Buruh dirumahkan karena sering menuntut,”, “Dikriminalisasi karena mencemarkan nama baik” dan “Upah naik pabrik tutup atau relokasi”.
Menurut salah satu peserta workshop “Acara yang sangat menarik dan bermanfaat, terlihat antusiasnya peserta ketika melakukan presentasi hasil kerja kelompok. Pada sesi diskusi, semua peserta menyampaikan pengalaman dan trik-trik dalam melakukan kampanye. Tidak ada pengkotak-kotakan antara peserta, semua membaur walaupun dari organisasi dan latar belakang yang berbeda”. Diera digitalisasi saat ini, Serikat buruh perlu mengembangkan kreatifitasnya dalam memanfaatkan media sosial sebagai alat untuk kampanye. Tapi perlu digaris bawahi bahwa kampanye tidak bisa berjalan sendiri, harus didorong dengan pengorganisasian dan pendidikan.
Tri Mulyono selaku perwakilan AFWA dan Panitia workshop ini memberikan komentarnya. “Harapan kedepannya, ya pasti kawan-kawan akan mampu mengemas konten kampanye yang lebih kreatif lagi, Karena biasanya kampanye-kampanye yang kita lakukan terkesan kaku seperti orang orasi. Tapi pada saat peserta mempraktekan hasil kerja kelompoknya, kawan-kawan peserta mampu mengemas konten kampanye dengan sangat epik.” Rencana Tindak Lanjut untuk kawan-kawan peserta adalah Kawan-kawan akan membuat konten kampanye sesuai dengan kondisi pada tempat kerjanya masing-masing, lalu konten-konten ini akan disebarkan ke kawan-kawan yang lain untuk dijadikan bahan tukar konten dari kampanye yang dilakukan.
Sebagai tambahan informasi, sejak awal tahun 2025. AFWA memulai kampanye lanjutan dengan bertajuk “Fashion Tanpa Kekerasan”, yang secara khusus menyoroti isu Kekerasan dan Pelecehan Berbasis Gender (KPBG) di tempat kerja. kampanye ini menargetkan perubahan struktural yang lebih dalam, termasuk perbaikan kebijakan di tingkat perusahaan dan negara, serta membentuk mekanisme perlindungan berbasis perspektif korban. Kampanye ini juga menunjukan bahwa eksploitasi di industri garmen tidak hanya terjadi dalam bentuk ekonomi (seperti pencurian upah), tetapi juga dalam bentuk kekerasan yang merampas rasa aman dan hak hidup layak perempuan.
Liputan ditulis oleh Agung Ramadhan